Politik dan Tengku Oleh: Dr. (Cand) Jumadia, M.Pd

0:00

Aceh Tenggara:leusersatu.co.id

Ketika seorang tokoh agama seperti tengku atau asatidz terjun ke dunia politik, sering kali batas-batas yang seharusnya dijaga menjadi kabur. Salah satu contohnya adalah tentang, “ghibah”, atau membicarakan aib orang lain, yang dalam Islam sangat dilarang.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”(HR. Muslim).

Namun, ketika tokoh agama memasuki dunia politik, pembongkaran aib sering terjadi, meski kadang disampaikan secara implisit tanpa menyebutkan nama secara langsung. Fenomena ini dikenal dengan istilah “lempar batu sembunyi tangan.” Meskipun tak terang-terangan, tetap saja hal ini bertentangan dengan etika Islam yang mengajarkan untuk menutupi aib sesama muslim.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim).

Sebaliknya, jika politik dikelola dengan benar, tengku atau asatidz dapat mengajarkan etika berpolitik yang santun, beradab, serta mengedepankan kebaikan bagi umat. Para kandidat seharusnya berlomba-lomba dalam menyampaikan visi dan misi yang mengarah pada kemaslahatan rakyat.

Allah berfirman:
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.”(QS. Al-Baqarah: 148).

Baca juga Artikel ini:  Pemerintah Aceh Tenggara Apresiasi Armen Toni Berhasil Meraih Medali Emas Porwanas Ke-XIV

*Realitas Politik di Serambi Mekah*

Sebagai masyarakat yang tinggal di bumi Serambi Mekah, saya merasa miris melihat beberapa tokoh agama yang terlibat dalam politik sering kali terjebak dalam perbuatan yang memperkeruh keadaan. Orasi atau ceramah yang seharusnya memberikan pencerahan, justru terkadang memicu perpecahan di masyarakat. Padahal, seorang tokoh agama memiliki peran sebagai penerang di tengah gelapnya kebingungan rakyat.

Yang lebih menyedihkan, ada tokoh agama yang terlibat dalam acara politik yang tidak sesuai dengan syariat, seperti percampuran antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, atau hadir di pentas hiburan yang melanggar nilai-nilai agama. Bahkan, ada yang sampai berjabat tangan dengan yang bukan mahramnya, padahal Rasulullah ﷺ dengan tegas melarang hal ini.

Beliau bersabda:
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.”(HR. Thabrani).

Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ juga menegaskan: “Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita.”(HR. An-Nasa’i).

Sangat disayangkan, seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan justru terjerumus dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Mereka seharusnya menjaga adab dan akhlak, bukan mengikuti tradisi politik yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Baca juga Artikel ini:  Indentitas Desa Sering Berubah, Kades Di Aceh Tenggara Keluhkan

* Harapan Untuk Para Tengku dan Asatidz*

Saya sangat berharap, agar para tengku dan asatidz yang terlibat dalam politik benar-benar menjalankan peran mereka sebagai penjaga moral dan akhlak masyarakat, bukan sekadar menjadi pendukung kepentingan politik tertentu. Ulama memiliki kedudukan yang mulia sebagai pewaris para nabi, yang tugas utamanya adalah membimbing umat menuju kebaikan, bukan memperkuat fanatisme politik yang dapat merugikan rakyat.

Diharapkan, mereka bisa tetap menjaga integritas dan kejujuran, mengedepankan nilai-nilai Islam yang luhur, serta memberi teladan yang baik dalam berpolitik. Amar ma’ruf nahi munkar harus menjadi prinsip utama mereka.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (memerintahkan kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58).

Selain itu, acara-acara politik yang diadakan di bumi Serambi Mekah ini harus semakin memperhatikan adab dan syariat Islam, menghindari hal-hal yang mengundang kemaksiatan. Harapannya, politik dapat menjadi sarana untuk membangun masyarakat yang beradab, adil, dan makmur, di mana para pemimpin dan ulama bersinergi untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan sesaat.

Baca juga Artikel ini:  LSM Perkara Pertanyakan SK Bupati Yang Dikeluarkan Tentang Petani Gagal Panen

Mari kita berdoa agar Allah selalu memberikan kekuatan kepada para tengku, asatidz, dan pemimpin kita untuk selalu berada di jalan yang lurus. Semoga bumi Serambi Mekah ini menjadi daerah yang maju, religius, dan penuh berkah.
Aamiin, Allahuma Aamiin. Oleh: Dr. (Cand) Jumadia, M.Pd (red).

Penulis: RedEditor: Redaktur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *